NAMA besar Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto melekat kuat dengan Ponorogo. Arsip Nasional Republik Indonesia dan Direktorat Pahlawan Nasional Kementerian Sosial Republik Indonesia mencatat bahwa pemilik gelar ningrat Raden Mas (RM) itu lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882. Bung HOS adalah cucu RM Adipati Tjokronegoro yang menjabat bupati Ponorogo era 1856 hingga 1882.
Salah seorang pendiri Sarekat Islam itu ternyata juga menantu RM Mangoensoemo, wakil bupati Ponorogo pada masanya. Bung HOS memiliki silsilah langsung pula dengan Kiai Ageng Hasan Besari, pendiri Pondok Pesantren Tegalsari di Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Nama HOS Tjokroaminoto semakin sering disebut-sebut setelah diabadikan sebagai nama jalan protokol di Ponorogo dengan pedestrian yang mirip dengan kawasan Malioboro.
Bertepatan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT PGRI ke-77 pada 25 November 2022, peran Bung HOS selaku Guru Bangsa layak dikenang. Sejumlah tokoh sekelas Soekarno, Semaoen, Alimin, Muso, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, dan Tan Malaka pernah berguru kepada HOS Tjokroaminoto. Sebuah rumah kos di Gang Paneleh VII Nomor 29-31 Surabaya milik Bung HOS sempat sesak ditempati oleh para murid yang di kemudian hari menjadi pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia itu.
‘’Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) lalu menjadi presiden pertama RI. Semaoen, Alimin, dan Musso adalah tokoh-tokoh utama Partai Komunis Indonesia. Sementara Kartosoewirjo menjadi pemimpin DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia),’’ urai Krisdianto, sejarawan di Ponorogo, Jumat (25/11/2022).
Kris –sapaan Krisdianto—sempat menyitir pengakuan Bung Karno bahwa jika HOS Tjokroaminoto masih hidup di kala Indonesia merdeka, maka laki-laki kelahiran Ponorogo itu yang lebih pantas menjadi presiden pertama. Namun, Bung HOS keburu wafat pada 17 Desember 1934 di Jogjakarta. ‘’Tjokroaminoto juga mendapat pengakuan sebagai Raja Jawa Tanpa Mahkota,’’ jelas Kris yang guru mata pelajaran sejarah di SMAN 1 Ponorogo itu.
sumber: ponorogo.go.id
