Bertempat di Kantor Syarikat Islam ( SI ) Taman Amir Hamzah Matraman,Jakarta Selatan, berlangsung acara sosial yaitu Santunan 500 anak Yatim Piatu yang di hadiri Ketua Umum Dr Hamdan Zoelva ,Sekretaris Jenderal Sarikat Islam Feri Yuliantoro dan para pengurus Syarikat Islam ( SI ).
Baru terdengar bahwa Syarikat Islam ( SI) punya sayap petani bernama Gertasi ( Gerakan Tani Syarikat Islam).
Menurut Ketua Umum Gertasi, Dr. Wahid Erawan, pasang surut Gertasi khususnya di masa orde baru agak sedikit menurun karena Pak Soeharto presiden kita itu dia menggalakkan dengan apa yang dinamakan revolusi hijau. Waktu itu pak Harto menggalakkan revolusi hijau dengan gencar gencarnya, sehingga petani Sarekat Islam agak tertinggal. Karena kegiatan setiap kelompok tani yang digagas pak Harto cukup bagus. Di masa Soeharto itu pertanian sangat bagus sekali terutama konsep Swasembada beras.
Hal ini terus berlanjut hingga tahun 80- an, karena revolusi hijau kalau dipaksakan terus maka terjadilah istilah dalam pertanian of the missing Right. Pertanian digenjot dengan pupuk kimia pada tahun 2000 an.
Pada tahun 2017 saya dengan Pak Hamdan Zoelva ngobrol kembali untuk membangkitkan bidang pertanian. “Alhamdulillah sekarang hampir di 28 provinsi sudah terbentuk kepengurusan Gerakan Tani Sarekat Islam ( Gertasi ) dan ada kegiatan kegiatannya,” jelas Wahid saat ditemui Poskota-Nasional Selasa ( 26/4/2022) .
Gerakan Tani Sarikat Islam memiliki keunggulan tergantung wilayahnya seperti di Kalimantan Selatan itu para petani yang tergabung di Gertasi mengolah budidaya ikan patin yang menghasilka satu hari 1 ton ikan patin, sehingga disebarkan ke Kalimantan Barat sampai ke Kalimantan Timur dipegang oleh ketua gertasi.
Sedangkan Gertasi di Kalimantan Barat berhasil bertani sayuran, yang mengelolanya ialah alumni UGM.
“Di Kalimantan Selatan kebanyakan bertani budidaya ikan dan perikanan laut yang kebetulan dikelola oleh lulusan Unhas sedangkan Gertasi di Jawa Barat mengelola pertanian bidang kopi, sayuran dan pengembangan jeruk purut,” jelas Wahid yang jadi dosen pertanian di salah satu universitas swasta di Garut ini.
Terkait nasib petani yang mayoritas muslim tersebut, Wahid mengatakan pentingnya program tentang peningkatan ekonomi umat sekarang petani kita terutama menengah ke bawah itu termarjinalkan alias terpinggirkan, hal ini perlu ada penguatan kelembagaan maupun program bantuan untuk memfasilitasi hubungan dengan pemerintah.
” Kita menyaksikan para petani kita solidaritasnya cukup tinggi dan kalau ditata secara benar akan tetap survive. Kita menyaksikan saat reformasi pada tahun 1998, itu orang lain bangkrut tapi petani tetap saja kokoh, tidak terpengaruh kondisi reformasi,” jelas Wahid.
Menurut Wahid, kami dengan pak Dr Hamdan Zoelva sama sama alumni UNPAD, saya bidang pertanian sedang Pak Hamdan Zulva jurusan hukum.
“Insya Allah dari Aceh sampai ke Papua Gertasi memiliki keunggulan pertanian bahkan di setiap provinsi. Misalnya, di Aceh ada tambak udang dan ternyata pemerintah juga sangat welcome,” tambah Dr Wahid Erawan kepada poskota-nasional.
sumber: poskota-nasional.net