PERANG
Oleh: Safruddin Djosan
Menyaksikan tayangan berita perang antara Rusia dan Ukraina kita boleh miris. Kita prihatin dan menyayangkan harus terjadi. Ternyata perang masih jadi pilihan demi menunjukkan supremasi satu negara terhadap negara lainnya. Eskalasi bersenjata jadi nyata untuk lalu membombardir wilayah sasaran lawan.
Alhamdulilah, kita di sini aman-aman saja. Tapi jangan lupa konflik yang berujung perang atau adu kekuatan senjata antarnegara tertentu bisa saja terjadi kapan-kapan, di mana saja, dengan asbab atau alasan apa pun. Kuncinya adalah bagaimana memelihara baik dan mesranya diplomasi yang bersahabat dan saling menghormati kedaulatan masing-masing negara, maka terhindarlah perang.
Indonesia gak punya musuh. Ya, tapi bisa saja karuan sontak orang lain menempatkan Indonesia sebagai ‘musuh’ dengan latar alasan yang berbagai-bagai juga: politis, ekonomi, dan lain sebagainya. Di situlah perlunya kekuatan pertahanan negara kita, yang menjadi peran penting Kementerian Pertahanan RI. Jangan lupa, Indonesia masih banyak menyimpan potensi manis bagi keperluan ini-itu yang bisa membuat orang tertarik.
Jangan sampai di antara kita anak sebangsa berkonflik lalu pecah lantaran soal-soal tertentu, di situ dapat menjadi ‘jalan masuk’ untuk orang lain merangsek tiba-tiba peduli pada Indonesia, tapi peduli yang bukan sembarang peduli ya. Lebih pas disebut punya kepentingan tertentu di dalamnya.
Kita, Indonesia, dikelilingi (dikepung) oleh negara yang membentuk kerja sama pertahanan Five Power Defense Arrangement (FPDA) dan The Quad. FPDA beranggotakan Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura,dan Malaysia. The Quad ada empat negara kawasan Indo-Pasifik Australia, India, Jepang, dan Amerika Serikat.
Saya rada setuju dengan pengamat militer Connie Rahakundidi Bakrie yang mengingatkan kita akan sebuah kondisi di mana Indonesia bisa saja nasibnya seperti Ukraina. Bukankah orang-orang di luar sana begitu banyak yang memiliki kepentingan dengan negeri Zamrud Khatulistiwa ini?
Dampak dari perang itu pastilah buruk. Ya, perang itu gak jauh-jauh dari nomenklaturnya: perang ideologi, perang dagang, perang beneran dengan kekuatan senjata dan seterusnya. Semuanya disebabkan oleh keinginan atau hasrat yang satu: hawa nafsu.
Tapi ada satu perang yang amat dianjurkan dan berdampak baik yaitu setiap tahun selama sebulan kaum muslimin diperintahkan untuk memerangi hawa nafsu melalui medium puasa. Inilah ‘perang’ yang dianjurkan Tuhan. Perang melawan hawa nafsu jauh lebih besar ketimbang perang-perang lainnya.
Tanda-tanda untuk tiba di masa peperangan melawan hawa nafsu agaknya sudah kian dekat, dibuktikan dengan mulai merangseknya harga-harga kebutuhan — sebagai simbol tawaran hawa nafsu — di pasar-pasar. Para tauke itu tau bahwa bakal ada serangan dari orang untuk menyerbu membelinya. Ah.
Kategori: Majelis Ilmu
Bidang Media Dan Penggalangan Opini
PB Pemuda Muslimin Indonesia
sumber: pemudamuslim.org