Oleh: Safruddin Djosan
satu kalimat manis berbunyi: “Salaamatul insaani fii hifzhil lisaani/Keselamatan seseorang amat tergantung pada penguasaan lidahnya.” Betapa banyak orang yang celaka lantaran tidak terjaganya lidah ataupun lisan mereka, sehingga tak urung berakibat fatal terhadap keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Melalui peran lisan/lidah pulalah seseorang bisa terluput dari marabahaya yang akan mencelakakan dirinya atau orang lain.
Di satu sisi, ternyata lidah dan lisan itu adalah menjadi pangkalnya dari hawa nafsu. Ia bisa menjadi nafsu yang baik dan berguna, tetapi tak terelakkan juga bisa menjadi nafsu yang merupakan sifat tercela yang dimiliki seseorang lantaran intervensi syetan.
Shaum adalah menjadi ajang pelatihan untuk kita menahan sesuatu yang dilarang secara syariat: minum, makan, berseraga di siang hari. Namun lebih istimewa dari itu bahwa shaum adalah sebagai riyadhah (pelatihan) untuk seseorang menahan mulutnya untuk tidak melakukan sesuatu yang tak berguna, utamanya untuk berkata-kata yang tidak baik. Lebih baik diam dan menahan untuk tak bicara apa-apa, jika dipandang tak perlu.
Riyadhah (pelatihan) untuk mengendalikan nafsu itu dapat dilakukan yaitu: 1) mengasingkan diri (uzlah), 2) diam menghindar dari bicara, 3) bangun di malam hari saat dunia senyap, dan 4) biasakan berlapar-lapar.
Di situlah kita agungkan, tinggikan Asma Allah, kita rendahkan dan hinakan diri ini di hadapan-Nya, seraya meminta keampunan dan keselamatan diri dan keluarga serta kaum kerabat.
Keempat hal ini, jika terbiasa kita lakukan maka Insya-Allah lisan ini akan terjaga, dan terpelihara pulalah keselamatan diri dan orang lain yang dekat dengan kita. Jangan sampai akibat ulah kelalaian kita, orang lain jadi merasakan kesengsaraannya. Tetapi cobalah menjadi insan pilihan yang karena kita dan lantaran lisan kita orang-orang lain jadi terselamatkan, terbantu, dan terpelihara jiwa dan raganya.
Bulan Ramadhan adalah juga menjadi ajang efektif untuk kita ber-riyadhah. Cobalah..
Billahi Fii Sabilil-Haq