Oleh: Ervan Taufiq
Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari kasus seorang Menteri yang meng-analogikan sesuatu menjadi keliru dan hiperbola, bahwa:
1. Pangkat dan jabatan yang tinggi tidak menjadikan seseorang menjadi lebih terhormat, malah semakin terlihat kedunguan dan kebodohan ketika tidak sejalan dengan perintah Allah SW.
2. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw,
: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِااللّهِ وَ الْيَوْمَ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ، وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِااللّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِااللّهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخاري ومسلم)
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Kehati-hatian dalam berkata-kata telah diperingatkan oleh Baginda Rasulullah Saw. Sesuatu yang ingin kita sampaikan ketika masih dalam hati, itu masih dalam kendali kita, namun ketika sudah terucap maka dia akan mengendalikan dan memenjarakan kita karena tidak bisa kita tarik ulang.
3. Semakin tinggi pangkat jabatan amanah semakin besar,kuat rintangan dan godaan, yang jika kita hanya bersandar pada kemampuan kita akan sangat memberatkan namun ketika kita senantiasa meminta pertolongan Allah SWT kita akan diberikan pertolongan oleh-Nya dan kita pun diberikan kekuatan kesabaran menjalaninya.
sumber: pemudamuslim.org
Follow Berita Syarikat Islam di Google News