Merdeka.com – Perjuangan bangsa Indonesia dalam mendapatkan dan mempertahankan kemerdekaan memunculkan banyak tokoh-tokoh perjuangan yang hingga kini nama-namanya tetap hidup di telinga masyarakat.
Salah satu tokoh perjuangan yang perlu kita ketahui adalah Samanhudi, seorang pejuang kemerdekaan asal Surakarta, Jawa Tengah. Beliau juga biasa dipanggil dengan sebutan Kyai Haji Samanhudi.
Selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, Samanhudi juga dikenal sebagai pendiri dari organisasi Sarekat Dagang Islam di Solo. Organisasi bentukan Samanhudi ini disambut baik dari masyarakat luas. Ini karena Sarekat Dagang Islam didirikan untuk membela kepentingan para pedagang pribumi pada masa itu.
Dan tepat pada tanggal 28 Desember ini, menjadi hari di mana Samanhudi tutup usia di Klaten pada usia 88 tahun. Beliau meninggalkan sumbangan besar bagi rakyat Indonesia dan juga pada perjuangan kemerdekaan.
Dalam artikel kali ini, kami akan mengulas secara singkat kisah perjuangan KH. Samanhudi dalam membela rakyat dan dalam perjuangannya membela tanah air.
Diawali saat Berdagang
Samanhudi memiliki nama kecil Sudarno Nadi yang merupakan pemberian dari orang tuanya. Selain itu, Samanhudi juga dikenal dengan nama Wiryowikoro. Dilansir dari penainfo.com, pendidikan formal yang beliau tempuh berhenti di sekolah dasar, itu pun juga tidak sampai tamat. Selanjutnya, beliau mempelajari agama di Surabaya sambil berjualan batik.
Terjun ke dunia perdagangan sejak usia muda, membuat jiwa dagang Samanhudi semakin tumbuh dan melekat pada dirinya. Pengalaman dan wawasan berdagangnya pun semakin luas, dan dirinya juga mulai menyadari bahwa terdapat perlakuan berbeda terhadap pedagang pribumi yang beragama Islam.

Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan adanya perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda terhadap pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada tahun 1905.
Dari sinilah, Samanhudi memiliki pikiran bahwa pedagang pribumi perlu memiliki organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka.
Berdirinya Sarekat Dagang Islam
Sarekat Dagang Islam (SDI) lahir pada tanggal 16 Oktober 1905. Organisasi ini merupakan hasil dari pemikiran Samanhudi yang ingin memperjuangkan nasib pedagang pribumi. Organisasi ini memiliki tujuan untuk membela kepentingan pedagang pribumi karena adanya persaingan yang meningkat terutama dari orang Cina, dan tekanan yang datang dari para bangsawan.
Itulah kenapa kemunculan SDI ini mendapatkan sambutan positif dari rakyat Indonesia. Dan dalam waktu singkat, cabang-cabang dari SDI bermunculan di luar Kota Solo. Setelahnya, SDI berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912.
Kemudian sejak tahun 1920, Kyai Haji Samanhudi tidak aktif lagi dalam pergerakan. Kesehatannya sering terganggu dan kian menurun, tetapi perhatiannya terhadap pergerakan nasional tetap waspada. Setelah sekian lama namanya tidak terdengar, beliau kembali bergerak ketika mendengar tentara Belanda yang mencoba mengusik kemerdekaan Indonesia yang sudah diraih.
Perjuangan untuk Kemerdekaan
Samanhudi kembali melibatkan dirinya untuk mempertahankan kemerdekaan negara. Beliau mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia cabang Solo dan Gerakan Persatuan Pancasila. Saat Belanda melancarkan Agresi militer kedua, Samanhudi juga membentuk laskar yang bernama Gerakan Kesatuan Alap-alap.
Laskar yang dibentuk oleh Samanhudi ini bertugas menyediakan perlengkapan terutama bahan makanan untuk tentara yang sedang bertempur di garis depan. Meski sudah tua, beliau tetap mencoba untuk membantu para pejuang yang berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan.
Atas jasanya yang begitu besar dalam pergerakan nasional, Samanhudi dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No 590 tahun 1961 pada tanggal 09 November 1961.
sumber: merdeka.com