Masyudul Haq adalah nama yang diberikan oleh Angku Sutan Mohammad Salim kepada anaknya yang baru lahir pada hari itu, 8 Oktober 1884. Terinspirasi dari seorang tokoh utama dari buku yang kala itu dia sedang baca, dengan satu harapan bahwa sang anak kelak semoga menjadi seorang pembela kebenaran sesuai dengan namanya. Namun bayi yang tumbuh dewasa itu dikenal orang luas justru bukan dengan nama tersebut, sebab ketika masih kecil dia diasuh oleh seorang pembantu asal Jawa yang sering memanggil Masyudul Haq dengan sebutan ‘den bagus’ atau secara pendeknya ‘gus’.
Sempat menjalani hidup sebagai agnostik dimasa muda, selepas belajar dengan Syaikh Ahmad Khatib al-Minangbawi, ia menjadi pejuang Islam yang sungguh-sungguh.
Ia menjadi aktivis Sarekat Islam dan membela kepentingan rakyat kecil, termasuk kaum buruh. Bukan hanya berperan dalam perjuangan di SI saja, Haji Agus Salim juga sering membina anak-anak muda Islam, juga berkat dukungan dia para pemuda Islam mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) pada tahun 1925.
Tidak heran jika Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam tulisan kenangannya untuk buku Seratus Tahun Haji Agus Salim menuliskan, “ tokoh-tokoh intelektual Muslim seperti Natsir, Roem, Kasman, Prawoto, Jusuf Wibisono dan masih banyak yang lain adalah hasil bentukan Salim yang sangat gemilang, terutama lewat Jong Islamieten Bond…”. Para pemuda di JIB, Natsir, Roem, Prawoto, dkk ini kita ketahui kelak setelah kemerdekaan mereka banyak mengisi kursi kepemimpinan di Partai Masyumi.
Haji Agus Salim merupakan salah seorang sosok penting dalam perjuangan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan. Sosoknya dikenal sebagai seorang yang jenius namun juga jenaka. Seorang diplomat ulung yang menguasai banyak bahasa, Belanda, Inggris, Arab, Jepang, Mandarin, Turki, hingga Perancis.
selengkapnya:
https://jejakislam.net/?s=agus+salim
atau swipe ig story hr ini ya!




sumber: instagram.com/jejakislambangsa