TAUSIAH KEAGAMAAN
MENYUKURI KEBAIKAN ALLAH
Jakarta-Kediaman Matraman, Jumat subuh, 3 September 2021
Ahmad Thib Raya-UIN Jakarta
Kehidupan manusia di atas dunia merupakan rahmat Allah yang maha besar. Agar manusia dapat hidup, Allah telah menyiapkan segala macam sarana untuk kehidupan, baik sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maupun sarana yang dimanfaatkan untuk kehidupan.
Kebesaran Allah terlihat dengan jelas oleh manusia, karena semuanya ada pada dirinya, ada di luar dirinya, dan ada di lingkungan di mana ia hidup, tetapi kurang disadarinya. Kebesaran Allah yang paling mudah terlihat ialah penciptaan langit dan bumi, serta isinya yang ditata dengan sistem yang baik, yang antara satu unsur dengan unsur lain terdapat hubungan yang sangat harmonis. Pada saat manusia dalam kesenangan, seringkali bahkan selalu manusia melupakan kebesaran Allah itu. Akan tetapi, ketika manusia mengalami kekurangan, kesulitan, kelemahan, pada saat itulah baru manusia dapat merasakan kebesaran Allah.
Kebaikan Allah terlihat pada apa yang dimanfaatkan oleh manusia untuk kehidupannya. Roh, jiwa, hati, badan manusia, dan segala indera yang ada pada dirinya merupakan kebaikan Allah yang dianugerahkan kepada manusia untuk digunakan dalam rangka memenuhi semua kebutuhannya. Semua kebaikan yang diberikan Allah itu telah diatur dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya dengan lingkungannya. Kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah harus sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Semua yang diperlukan manusia dalam kehidupannya adalah nikmat Allah yang luar biasa, tidak hanya dari segi jumlahnya, tetapi juga dari segi kualitas dan kesesuaiannya dengan kondisi kebutuhan manusia. Nikmat Allah telah disebarkan di wilayah air, seperti ikan, di wilayah darat, seperti hewan ternak, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan daun-daunan, dan di wilayah udara, seperti burung-burung. Nikmat Allah itu tidak terbatas, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, dan telah disebarkan di mana-mana. Manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa nikmat-nikmat itu.
Di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 151-152:
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ ١٥٢
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Janji Allah kepadamu: “Ingatlah Allah, niscaya Allah menigngatmu. Beryukurlah atas nikma-Nya, dan jangan kafir terhadap nikmat-Nya.
Dalam kaitan dengan itulah, manusia harus dapat menghayati kebesaran dan kebaikan yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, serta menyadari akan berbagai nikmat yang telah diperolehnya dan dihamparkan oleh Allah, baik yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyyah. Semua itu harus disyukuri.
Jika engkau menyukuri nikmat-Nya, dia akan menambahkan untukmu. Allah berfirman di dalam QS. Ibrahim [14]: 7:
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.1