Sekitar akhir desember 2014 penulis berkesempatan mengunjungi Karang Kobar sebagai relawan kemanusiaan penanganan bencana tanah longsor di daerah Jemblung Karang Kobar, Banjarnegara. Di Karang Kobar terdapat masjid raya, menurut informasi yang didapatkan dari pak Subur Kepala Sekolah SMP Cokroaminoto Karang Kobar menceritakan bahwa ada jejak mimbar A.M. Sangaji saat memberikan ceramah di Masjid Raya Karang Kobar.
Saat itu saya pun langsung membayangkan bagaimana bisa A.M. Sangaji yang terlahir dari desa Rohomoni, Maluku Tengah, jejaknya sampai ke Karang Kobar daerah dataran tinggi yang tidak jauh dari pegunungan dieng.
Menurut Mony Kamil cicit A.M. Sangaji menuturkan A.M. Sangaji melepas pekerjaan sebagai Griffer Landraad pada pemerintahan kolonial Belanda, tahun 1922 menuju Surabaya untuk bergabung menjadi bagian dari organisasi Sarekat Islam bersama HOS Tjokroaminoto.
Kegigihan Abdul Muthalib Sangaji bersama Sarekat Islam mempertemukan beliau dengan beberapa tokoh seperjuangan seperti; H. Agus Salim, Abdul Muis, S.M. Kartosuwiryo dll. A.M. Sangaji selain tipikal orang yang berani memiliki kemampuan dalam berorasi di atas mimbar, beliaupun didapuk menjadi propaganda saat afdeling Sarekat Islam di berbagai daerah menyelenggarakan openbaar. Bukan hanya itu saja, pernah suatu waktu oleh HOS Tjokroaminoto ditugasi menjadi Khatib Shalat Idul Fitri di lapangan Tegalega Bandung sekitar tahun 1931. Shalat Idul Fitri di lapangan terbuka adalah hal yang baru tentu mendapat pelarangan dari pemerintah kolonial Belanda.
Maka tidakhlah heran jika A.M. Sangaji dijuluki Si Jago Tua Jejak A.M. Sangaji bukan saja terekam di Karang Kobar, ternyata jejaknya sampai di Tenggarong, Bolaan Mongondow dan hampir di seluruh nusantara.
Di masa kependudukan Jepang kiprah A.M. Sangaji tidaklah surut, beliau tetap gigih mengobarkan api perjuangan menuju Indonesia merdeka. Begitu pun saat masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan. Di masa yang penuh pergolakan, tepatnya di Yogyakarta bulan Mei tahun 1949 A.M. Sangaji ditembak mati, menurut Mony Kamil, PKI yang melakukannya.
Melalui petisi ini penulis mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk memberikan penghargaan atas jasa perjuangan beliau dengan mendukung Abdul Muthalib Sangaji, Si Jago Tua dari Maluku untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional sebagaimana halnya dengan telah ditetapkan HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim.Abdul Muis dan Soerjopranoto yang sudah ditetapkan lebih dahulu oleh pemerintah republik Indonesia sebagai pahlawan nasioanal.
Petisi ini pun sebagai dukungan atas bentuk perhatian dari pemerintah provinsi Maluku seperti dituturkan oleh Kepala Dinas Sosial Maluku, Sartono Pining mengatakan, pada prinsipnya mendukung Abdoel Moethalib Sangaji atau A.M Sangaji mendapatkan gelar pahlawan nasional dengan proses pengusulannya harus sesuai regulasi dan aturan main yang berlaku.
Penjelasan Sartono ini juga telah disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPRD Maluku yang dihadiri Wakil Ketua, Abdul Asis Sangkala, Plh Sekda Maluku, Sadli Le, serta pihak keluarga ahli waris A.M Sangaji.(antara Maluku, 10 Agustus 2021).
Akhirnya penulis yang juga Ketua Bidang Pendidikan Dasar Menengah, Pimpinan Pusat Syarikat Islam mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada kaum Syarikat Islam yang telah mendukung petisi ini.
sumber: change.org