TAUSIAH KEAGAMAAN
AKHLAK YANG MULIA: MURUAH
BEBERAPA CONTOH MURUAH DARI SALAFUL SHALIH (ULAMA TERDAHULU)
Jakarta-Matraman, Sabtu subuh, 19 Juni 2021
Ketiga, contoh muruah yang dilakukan oleh Ahnaf ibn Qais. Ketika Ahnaf ditanya, “Apakah muruah itu?” Ia menjawab, muruah adalah menyimpan rahasia dan menjauhi keburukan. Orang yang sempurna, menurutnya, adalah orang yang kesalahannya dapat dihitung.” Jika seseorang datang kepada Ahnaf, ia akan memberikan keluasan (suguhan yang banyak) kepadanya. Jika ia memiliki keluasan rezeki, ia memperlihatkan kepada tamunya seolah-olah ia memberikan keluasan kepadanya.
Siapa Ahnaf bin Qais? Ahnaf bin Qais (w. 72 H) adalah generasi salaf yang terkenal kemurahan hatinya. Pemimpin kabilah Tamim yang lahir di Bashrah. Ia memeluk Islam di masa Nabi (aslama fî hayâtin nabiyyi), tapi seperti Uwais al-Qarni, belum sempat menjumpainya. Ia mengambil riwayat hadits dari Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar, Abbas, Ibnu Mas’ud, Utsman bin ‘Affan, dan lain sebagainya. Murid-muridnya adalah ‘Amr bin Jawan, Hasan al-Bashri, ‘Urwah bin Zubair, dan lain sebagainya.
Alimin Mukhtar dalam “Inilahcom,” menulis tentang pesan Qais ibn Ahnaf kepada para pemimpin sebagai berikut. Sebagian mutiara hikmah kepemimpinan beliau, yang dinukil dari Siyaru Alamin Nubala karya al-Hafizh Syamsuddin adz-Dzahabi.
Pesan PERTAMA. Bila Anda memasuki “belantara” tugas baru, bertindaklah bijak dan hormati orang-orang yang telah lebih dahulu hadir. Jangan buru-buru membuat kebijakan yang tidak populer dan memicu kebencian mereka. Kenali medannya dan jika tidak, Anda pasti dikomentari macam-macam yang sangat jauh dari kenyataan Anda yang sesungguhnya, dan gagal mendapat kepercayaan mereka. Al-Ahnaf bin Qais berkata: “Barangsiapa yang buru-buru (mendatangi) manusia dengan (membawa) apa yang tidak mereka senangi, pasti dia akan dikomentari dengan apa yang tidak mereka ketahui.” (Siyaru A’lamin Nubala, IV/93).
Pesan KEDUA. Kepemimpinan adalah tali pengikat kekuatan, bukan kekuatan itu sendiri. Seorang pemimpin sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak didukung oleh orang-orang di sekitarnya. Maka, perhatikan siapa orang-orang yang bisa memperkuat Anda, lalu jagalah mereka dengan cinta yang tulus, saling menasehati, ide-ide cerdas, dan sikap iffah (selalu memelihara diri). Inilah yang membuat mereka nyaman, bebas berkreasi, dan melejit; yang pada gilirannya melejitkan sang pemimpin itu sendiri. Jika tidak, mereka akan menarik diri, mencari aman, dan enggan mengemukakan gagasan apa pun.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12