TAUSIAH KEAGAMAAN
AKHLAK YANG MULIA: MENGONTROL DIRI
CARA MENANAMKAN SIKAP PENGOTROLAN DIRI
Ahmad Thib Raya
Salam-Kota Bima , Selasa subuh, 4-4-2021
Memang, tidak mudah bagi seseorang untuk melakukan pengotrolan diri, selalu mengawasi dirinya karena usaha ini membutuhkan waktu dan memerlukan usaha yang sungguh-sungguh. Mengontrol diri sendiri jauh lebih sulit bagi seseorang dibandingkan mengotrol orang lain. Hal ini disebabkan karena setiap orang tidak dapat melihat kekurangan dirinya, dan lebih mudah baginya untuk melihakt kekurangan orang lain. Kekurangan diri itu tidak tampak, walaupun kekurangan itu besar, dan kekurangan orang lain lebih tampak, meskipun kecil. Tabiat manusia ialah selalu dapat melihat kekurangan orang lain, sedangkan untuk kekurangan dirinya ia buta.
Akan tetapi, ulama memberikan jalan keluar agar seseorang mampu melakukan pengotrolan terhadap dirinya, agar manusia dapat selalu mengawasi dan mengotrol dirinya.
Mahmud al-Mishri, mengemukakan bahwa ada bebera cara yang dapat dilakukan untuk mengontrolan diri ini, di antaranya:
1. Mengenal, mengetahui, dan menghayati benar-benar nama-nama dan sifat Allah swt. Nama-nama dan sifat-sifat Allah tidak hanya dikenal dalam ucapan, tetapi harus dikenal di dalam hati secara mendalam. Kita meyakini bahwa seseorang akan selalu dapat mengontrol dirinya dengan menghayati nama-nama dan sifat Allah itu. Kita tahu bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat sebagai Yang Maha Mengawasi (Ar-Raqiib), Maha Menyaksikan (asy-Syahiid), Maha Mengetahui (al-‘Aliim), Maha Mendengar (as-Samii‘), Maha Melihat (al-Bashiir), dan Maha Segala-galanya. Nama-nama dan sifat-sifat itu harus diingat selalu dan ditanamkan di dalam hati dengan cara berzikir dengannya.
2. Menghindarkan diri dari kawan-kawan yang dapat memberi pengaruh tidak baik dan dapat mendorong kepada hal-hal yang buruk. Bersahabat dengan orang-orang yang tidak memiliki pandangan yang baik tentang kebaikan maka ia akan mendorong kita kepada hal-hal yang tidak baik pula. Karena itu, bersahabatlah dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang baik tentang kebaikan dan memiliki komiteman untuk selalu berbuat. Prinsipnya ini selalu mendorongnya untuk berbuat baik kepada orang lain dan membuat orang lain untuk melakukan kebaikan, sebagaimana ia melakukannya.
3. Selalu merasa takut akan su’ul khatimah di akhir hayat. Ketakutan terhadap hal ini akan menimbulkan motivasi bagi diri untuk selalu takut kepada Allah dengan menjalankan tuntunan-Nya dan dengan ini seseorang akan selalu berusaha untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12
Follow Berita Syarikat Islam di Google News