TAUSIAH KEAGAMAAN
AKHLAK YANG MULIA: TAWADUK (8)
PERINTAH RASULULLAH UNTUK BERTAWADUK
Ahmad Thib Raya
Jakarta-Matraman Dalam, Rabu pagi, 24-3-2021
Sifat tawaduk adalah salah sifat mulia yang sangat penting, tidak hanya dalam hubungannya dengan Allah, tetapi juga dalam hubungan dengan sesama, dalam susana apa pun. Sikap tawaduk terhadap orang lain akan melahirkan sifat tawaduk dari orang lain terhadap orang yang tawaduk. Sikap tawaduk akan melanggengkan saling menghormati, melahirkan sifat kasih sayang di antara sesama, dan akan melahirkan sifat suka bersilaturrahim.
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk memiliki sikap tawaduk dalam banyak hadisnya. Di antaranya hadis riawayat Muslim yang menyatakan sebagai berikut:
عَنْ قَتَادَةَ وَزَادَ فِيهِ وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ. رواه مسلم.
Dari Qatadah: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling rendah hati sehingga tidak ada seorang pun yang sombong terhadap yang lain dan tidak ada seorang pun yang bertindak melebihi batas terhadap orang lain”.
Hadis ini menegaskan bahwa Allah memerintahkan kepada Rasulullah agar umat saling bertawaduk antara satu dengan lain. Seseorang tidak boleh sombong, angkuh kepada yang lain. Tindakan sombong terhadap orang akan menimbulkan kebencian dari orang lain. Kedua sikap ini sangat dibenci Allah Swt. Sebab, Kebencian akan menimbulkan kebencian dan permusuhan dan permohonan akan menimbulkan putusnya silaturrahmi. Seseorang tidak boleh bersewenang-wenang terhadap yang lain. Seseorang tidak boleh berbuat zalim terhadap orang lain. Perbuatan sewenang-wenang juga akan menimbulkan kebencian dari orang. Kebencian akan melahirkan permusuhan dan permusuhan akan memutuskan silaturrahim.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12