TAUSIAH KEAGAMAAN
AKHLAK YANG MULIA: TAWADUK (3)
PENGERTIAN TAWADUK
Ahmad Thib Raya
Jakarta-Matraman Dalam, Kamis pagi, 18-3-2021
Tawaduk merupakan salah satu sifat hamba Allah yang taat dan patuh, serta dekat dengan Allah. Hal ini seperti yang dikatakan di dalam Al-QS. al-Furqan [25]: 63:
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
63. dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Ayat di atas menggunakan kata ibadurrahman (عباد الرحمن), bukan ibadullah (عباد الله). Terdapat perbedaan makna di antara dua kata ini. Kata ibadurrahman (عباد الرحمن) adalah kata yang menunjukkan makna “hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih.” Hamba-hamba yang mendapat sebutan seperti ini adalah hamba-hamba yang sangat dicintai dan disayangi oleh Allah. Sedangkan kata ibadullah (عباد الله) hanya menunjukkan makna “hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya.” Kedudukan hamba-hamba yang mendapat sebutan “ibadurrahman (عباد الرحمن)” di sisi Allah lebih tinggi daripada kedudukan hamba yang mendapat sebutan “ibadullah (عباد الله).”
Ada sifat yang penting yang dimiliki oleh hamba-hamba yang mendapat gelar “ibadurrahman (عباد الرحمن)” itu, yaitu:
1. Apabila mereka berjalan di muka bumi ini, mereka berjalan dengan rendah hati, tawaduk, tidak angkuh, dan tidak sombong.
2. Apabila mereka disapa oleh orang-orang jahil (orang-orang yang lebih rendah kedudukan dan posisinya daripadanya), mereka menjawabnya dengan kata-kata atau ucapan yang mengandung keselamatan, kalimat-kalimat yang menyenangkan, dan kalimat-kalimat menyejukkan hati para penyapanya.
Ibn al-Hajjaj mengatakan: “Barangsiapa yang ingin kemuliaan hendaklah ia bertawaduk kepada Allah karena sesungguhnya kemuliaan hanya dapat terwujud dengan kerendahan hati. Beliau mengumpamakannya dengan air yang diserap akar pohon. Ia akan naik sampai ke puncak pohon. Jika ada yang bertanya, apa yang membuat air dapat naik sampai ke puncak pohon, padahal sebelumnya berada di akar-akarnya. Seolah-olah air menjawab dengan perbuatannya: “Barangsiapa yang bertawadhu‘ kepada Allah niscaya Allah akan meninggikannya.”
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12