Faktual.Net, Sinjai, Sulsel, Terkait dengan polemik di pembangunan Tahura Abdul Latif Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai Borong yang masih terus saja bergulir hingga saat ini, menimbulkan banyak komentar dari berbagai pihak.
Baik dari kalangan masyarakat, mahasiswa hingga akademisi, seperti Muhlis Hajar Adiputra, akademisi senior Universitas Muhammadiyah Sinjai (UMSI). Dirinya menuturkan, seharusnya Pemerintah dan Aliansi Tahura Menggugat (ATM) duduk bersama mencari solusi terbaik dengan cara berdialog.
“Saya memandang tidak layak Tahura dijadikan bumi perkemahan apalagi membuat jalur sepeda karena disana itu adalah daerah penyangga yang kanan kirinya merupakan sumber mata air yang perlu dijaga dengan tentunya pembangunannya boleh saja namun bersifat ekologis,” jelasnya, dilansir di salah satu media.
Menurutnya pembangunan Tahura terlalu dipolitisir oleh pemerintah daerah, sehingga cenderung mengabaikan kajian-kajian ilmiah terkait fungsi ekologis. Respon terhadap penolakan juga mengabaikan upaya penyelesaian konflik yang bertanggung jawab bahkan cenderung menimbulkan konflik horizontal.
“Sebagai mahasiswa yang mencintai daerah setempat, saya merasa oknum yang mendukung pembangunan bumi perkemahan dan trek sepeda itu keliru, atau belum memahami substansi dari kawasan konservasi, sehingga dapat menimbulkan persepsi bahwa dukungan tersebut entah sesuai nurani mereka atau justru diolah oleh kekuasaan” jelasnya, tegas.
Dimana-mana kata Yusri, pembangunan itu demi kesejahteraan masyarakat. Hanya saja, bagi Yusri, mengutamakan lingkungan adalah mutlak untuk kehidupan berkelanjutan.
“Mendukung pembangunan bumi perkemahan dan trek sepeda adalah hal yang biasa, berbeda pendapat itu lumrah tapi saya pikir perlu direnungkan kembali sebab bumi ini adalah rumah bersama mahkluk ciptaan Allah,” tutur Yusri menanggapi,
Editor :Dzul
sumber: faktual.net