TAUSIAH KEAGAMAAN
HAKIKAT MEMAAFKAN (6)
RASULULLAH MEMERINTAHKAN MEMBERI MAAF (A)
Ahmad Thib Raya
Jakarta-Matraman, Jumat subuh, 15-1-2021
Akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah dalam kaitannya dengan pemberian maaf kepada pihak lain diharapkan dapat diteladani oleh umatnya. Banyak sekali realita yang menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki akhlak terpuji dengan memberi maaf kepada orang-orang yang telah menzalimi beliau. Di samping menunjukkan akhlak seperti itu, Rasulullah juga memerintahkan umatnya untuk berakhlak mulia seperti itu, memberi maaf kepada sesamanya. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah dalam banyak hadisnya.
Beliau memulai dengan menggambarkan bahwa orang yang mampu menahan nafsunya pada saat marah adalah seseorang yang hebat. Rasul menyatakan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang yang hebat bukanlah orang yang memenangkan pergulatan. Orang yang hebat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah. HR Muslim.
Pemberian maaf yang diperintahkan oleh Rasulullah tidak hanya kepada orang-orang yang terpandang dan sederajat dengan kita, tetapi juga orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dari kita. Artinya, pemberian maaf kepada pihak yang bersalah tidak ada diskriminasi antara yang kaya dan yang miskin, antara yang berada dan tidak punya, antara yang memiliki kedudukan tinggi dan memiliki kedudukan rendah. Hal ini seperti yang tergambar di dalam hadis Rasulullah riwayat Abu Dawud:
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمْ نَعْفُو عَنْ الْخَادِمِ فَصَمَتَ ثُمَّ أَعَادَ عَلَيْهِ الْكَلَامَ فَصَمَتَ فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ قَالَ اعْفُوا عَنْهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ سَبْعِينَ مَرَّةً. رواه أبو داود
Dari Abdullah Ibn Umar, berkata. Seseorang telah datang kepada Rasulullah saw, lalu dia bertanya kepada beliau: “Berapa kalikah kita harus memaafkan pelayan (pembantu) kita? Rasul tidak menjawab. Kemudian dia bertanya lagi, tetapi Nabi pun tidak menjawabnya. Lalu ketika dia bertanya ketiga kalinya, Rasulullah lalu menjawab: “Maafkanlah dia dalam sehari 70 kali.” HR. Abu Dawud.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12
Follow Berita Syarikat Islam di Google News