TAUSIAH KEAGAMAAN
HAKIKAT IKHLAS (3)
KEUTAMAAN DAN BUAH KEIKHLASAN (6)
Jakarta-Matraman, Ahad pagi, 22-11-2020
Sifat ikhlas memiliki keutamaan yang luar biasa. Dengan keikhlasannya seseorang menyerahkan semua amal, ibadah dan kehidupannya hanya kepada Allah swt., satu-satunya. Hal ini seperti yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam QS. Al-An’am [6]: 162-163:
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣
162. Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
Ikhlas yang terdapat di dalam diri seseorang bagaikan cahaya yang dipancarkan oleh Allah di dalam kalbu, yang akan menyinari semua amal dan ibadah yang dilakukan. Barangsiapa yang sudah memiliki sifat ikhlas, pada hakikatnya ia telah memiliki nur (cahaya) ilahi yang selalu terpancar dan menyinari kalbunya. Bertambah tinggi keikhlasan seseorang maka bertambah terang pula cahaya yang dipancarkannya. Seseorang yang bersikap ikhlas pasti berkeyakinan bahwa di dalam nurani dan kalbunya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah swt. Jika hal itu terjadi pada diri hamba, maka Dia akan mengisinya dengan pelita hati yang sangat terang benderang yang bersumber dari nur-Nya.
Renungkanlah puisi tentang ikhlas yang saya sampaikan berikut ini:
Hati yang ikhlas bagaikan lentera yang memancarkan sinar terang,
yang selalu menyinari pemiliknya ketika dalam kegelapan
dan menyinari orang lain yang ada di sekitarnya.
Lentera keikhlasan tidak akan pernah padam walau diterpa angin
Tidak akan pernah membahayakan walau sinarnya bertambah besar.
Keikhlasan bagaikan kertas yang bening,
tidak ada noda, tidak ada coretan.
Yang ada di atasnya hanyalah tulisan yang rapi,
enak dilihatnya ketika memandangnya,
enak dibacanya ketika mengejanya,
dan enak pula didengarnya saat dibacakan kepadanya
Orang yang ikhlas tidak pernah merasa bangga dengan pujian manusia,
karena pujian manusia bukanlah yang hakiki, semuanya semu,
Dia tidak akan pernah memandang tinggi darajatnya,
meskipun derajatnya memang sangat tinggi.
Dan tidak pernah pula merasa hina kalau disalahkan,
karena penghinaan manusia tidak membuat dia rendah di mata-Nya.
Ia tidak pernah iri, jika orang lain mendapatkan kenikmatan lebih,
Malah mengucapkan syukur atas kenikmatan yang sedikit yang ada padanya
tidak pernah pula merasa kurang dengan kelebihan orang lain,
walau orang lain memiliki kelebihan yang luar biasa
Ia selalu puas dan sabar menjalani hidupnya
dengan penuh harap akan ridha dan rahmat-Nya.
Menanamkan sifat ikhlas di dalam diri bagaikan menanam sebuah bibit pohon, yang apabila sudah besar, pohon itu menjadi pohon yang besar, dengan batang dan dahan yang kokoh disertai dengan dedaunan yang sangat rindang, serta memiliki buah banyak dan sangat lezat. Semua unsurnya sangat bermanfat, tidak hanya baginya, tetapi juga bagi orang lain. Jika ia meninggal, pohon yang ditinggalkannya itu akan menjadi kenangan baginya yang tidak pernah terlupakan oleh generasi sesudahnya.
Seseorang yang memiliki sifat ikhlas bagaikan seseorang yang memiliki pohon besar, yang memberi manfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Keikhlasan yang ditanamkan di dalam hati dan yang telah menghasilkan amal yang terbaik akan menghasil buah yang sangat berharga. Buah dari keikhlasan akan digapai oleh seseorang dengan kenikmatan batin yang dianugerahkan Allah di dunia ini, dan kenikmatan surga yang diberikan Allah di akhirat nanti. Yang ikhlas itu akan senantiasa mendapatkan rahmat-Nya. Kebahagiaan yang sejati yang didapatkan oleh orang yang ikhlas merupakan hadis yang sangat berharga dari Allah. Hadiah itu hanya diberikan oleh Allah kepada orang yang mengesakan-Nya dan yang ikhlas dan tulus kepada-Nya, tidak diberikannya kepada yang menduakan-Nya.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12