TAUSIAH KEAGAMAAN
AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW (1)
Ahamad Thib Raya
Timika, Papua, Jumat pagi 30-10-2020
Memperingati maulid Nabi Muhammad saw. yang setiap tahun kita adakan juga bertujuan untuk menyegarkan kembali dalam pikiran kita segala seluk beluk perjalanan Nabi Muhammad saw. sepanjang sejarahnya, mengingat kembali segala sifat yang terpuji yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah, dan memperbaharui komitmen kita untuk mengikuti Rasulullah dengan tetap senantiasa berpegang kepada ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. Semua itu diungkapkan kembali agar senantiasa dapat dijadikan pegangan dalam menempuh perjalanan hidup kita.
Memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. merupakan momentum yang sangat baik untuk menyegarkan kembali segala tuntunan yang telah diberikan oleh Rasulullah dan segala sifat yang telah ditunjukkannya kepada kita melalui hadis dan sunahnya, baik sebagai anggota dan individu dalam masyarakat maupun sebagai seorang pemimpin masyarakat. Beliau adalah panutan dan teladan bagi umatnya, baik dalam ucapan maupun perbuatannya. Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh Allah dalam Al-Qur’an, surah at-Taubah, 33: 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Keteladanan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah sepanjang hidupnya, dengan menunjukkan segala perilaku yang terpuji adalah keteladanan yang multidimensi, tidak hanya setelah diangkat dan diutus sebagai rasul Allah, tetapi juga bahkan sejak awal sewaktu beliau masih usia kanak-kanak dan muda belia, sebelum diangkat menjadi Nabi dan utusan Allah. Keteladanan Rasulullah yang multidimensi itu telah ditunjukkannya pula dalam berbagai perilaku kehidupannya, baik dalam statusnya sebagai ayah, sebagai suami, sebagai panglima perang, sebagai kepala negara, maupun dalam statusnya sebagai anggota masyarakat.
Perilaku yang terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah itu sesuai dengan makna nama yang disandang beliau. Kata “محمد” dalam bahasa Arab mengandung makna yang sangat dalam dan sangat luas. محمد berarti “seseorang yang senantiasa dipuji dan mendapat pujian karena kebaikan dan kebajikannya, yaitu pujian yang tidak dibatasi oleh waktu dan tempat”. Makna yang dalam bagi nama itu telah ditunjukkan oleh beliau dalam perilaku dan prikehidupan beliau yang selalu mendapat pujian, tidak hanya oleh kawan dan sahabat beliau, tetapi juga oleh lawan dan musuh beliau.
Nama “Muhammad” ketika itu merupakan nama yang tidak populer, bahkan asing di kalangan orang-orang Arab Quraisy. Para ahli sejarah mengungkapkan bahwa nama itu merupakan nama yang amat baru di kalangan orang-orang Quraisy. Pada umumnya orang-orang Quraisy ketika itu memberi nama anak-anak mereka dengan nama-nama yang di dalamnya mengandung makna keberanian dan kepahlawanan, seperti nama أسد (yang berarti “singa”), فهد (yang berarti “macan tutul”), dan نمر (yang berarti “harimau”). Nama-nama seperti itu sangat populer di kalangan orang-orang Quraisy ketika itu dan ini dimaksudkan agar anak-anak yang menyandang nama-nama itu memiliki sifat-sifat keberanian.
Gambaran kepribadian Rasulullah yang utuh dan sangat terpuji tergambar dari berbagai sikap dan perilaku yang telah ditunjukkan beliau semasa hidupnya. Di waktu kecil, beliau telah menunjukkan sifat-sifat yang khas yang berbeda dengan anak dan pemuda semasanya. Beliau tidak pernah melakukan penyembahan terhadap berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya, tidak pernah memberikan pengorbanan untuk berhala-berhala itu, tidak pernah meminum khamar, dan tidak pernah melakukan hal-hal lain yang menurutnya bertentangan dengan jiwanya. Allah telah menunjukkan kepadanya sejak kecil jalan-jalan yang suci yang harus ditempuh dan dilakukan oleh seseorang yang akan diangkat menjadi calon pemimpin besar, pemimpin dunia, nabi yang terakhir untuk semua umat sesudahnya hingga akhir zaman. Sejak kecil beliau tidak hanya menunjukkan kepribadian yang sangat terpuji terhadap dirinya sendiri, tetapi juga sangat terpuji terhadap sesamanya. Para ahli sejarah menyatakan bahwa di mata kaumnya, beliau adalah orang yang memiliki sopan santun yang paling tinggi, paling baik akhlaknya, paling baik pergaulannya dengan tetangga, berkata yang benar, sangat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor, paling tinggi rasa kasihnya terhadap sesama, dan paling bertanggung jawab.
Sejak masa kanak-kanak itu, beliau dianugerahi jiwa dan semangat kemandirian yang sangat tinggi dalam bekerja, karena, seperti kita ketahui, ayahnya meninggal sebelum beliau dilahirkan, ibunya meninggal pada saat beliau berumur 6 tahun, yaitu umur yang masih sangat muda untuk ditinggal pergi oleh kedua orang tua. Mulai saat itu, Muhammad menjadi yatim piatu, tanpa ayah dan tanpa ibu. Dalam keadaan yatim-piatu itu, tanggung jawab untuk membina Muhammad jatuh ke tangan kakeknya, Abdul Muttalib yang telah memberikan dukungan yang besar dan pembinaan yang tidak kalah pentingnya, hingga beliau berumur 8 tahun. Masa-masa kehidupan yang dilalui oleh Rasulullah sesudah itu, sesudah meninggalnya Abdul Muththalib, berada dalam pembinaan dan asuhan Paman beliau, Abu Thalib, yang juga telah memberikan bimbingan dan dukungan yang besar pula.
Semoga bermanfaat.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12