SARAPAN ROHANI PAGI
RABU, 23 SEPTEMBER 2020
MUHASABAH (INTROSPEKSI DIRI) (1)
PENGERTIANNYA
Ahmad Thib Raya
UIN Jakarta
Muhasabah adalah salah satu yang sangat populer dalam bahasa Indonesia, terutama pada acara-acara menyambut tahun baru, baik hijriah maupun masehi. Para penceramah dan pengguna media sosial selalu menggunakan kata muhasabah ini. Kata muhasabah ini pada dasar diambil dari kata bahasa Arab kemudian digunakan di dalam bahasa Indonesia dan kini sudah menjadi salah satu kata baku bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata muhasabah diartikan dengan “introspeksi.” Karena kata ini sudah menjadi kata baku bahasa Indonesia, maka dalam penulisannya tidak perlu lagi ditransliterasi. Tulisannya: muhasabah, bukan seperti ini: muhāsabah.
Dari segi etimologi bahasa Arabnya, kata ini adalah bentuk masdar (kata dasar) dari kata kerja hāsaba (حَاسَبَ)- yuhāsibu (يُحَاسِبُ), yang memiliki banyak arti, yaitu:
1. “menjaga tanggung jawab, meminta keterangan, memegang tanggung jawab,”
2. “menjaga diri, berhati-hati, waspada, dan mawas diri.”
3. “menghitung, menghitung-hitung, melakukan introspeksi diri, mengoreksi diri, dan mengingat diri.”
Bentuk dasar dari kata kerja ini adalah muhāsabah (محاسبة) dan hisāb (حِسَابًا) yang berarti: “penjagaan tanggung jawab, permintaan keterangan, pertanggungjawaban, penjagaan diri, kehati-hatian, kewaspadaan, perhitungan, introspeksi, dan peringatan diri.” Dari kata ini pula lahir kata hisāb (حِسَابًا) di dalam bahasa Al-Qur’an maupun di dalam hadis Rasulullah Saw.
Di dalam Al-Qur’an kata ini diulang atau disebutkan sebanyak 37 kali, yang tersebar dalam berbagai surat. Kata ini di dalam surah Shad [38]: 53 dirangkaikan dengan kata يوم (hari):
هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ ٥٣
53. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.
Kata ini di dalam surah Al-Baqarah [2]: 202 dirangkaikan dengan kata سريع (sangat cepat):
أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ نَصِيبٞ مِّمَّا كَسَبُواْۚ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ
202. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Juga di dalam Surah Al-Baqarah [2]: 212 disebutkan:
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَيَسۡخَرُونَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۘ وَٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ فَوۡقَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَٱللَّهُ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ
212. Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Istilah ini dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai usaha dan upaya seseorang untuk melakukan penghitungan secara dini apa yang sudah dilakukan, apa yang sedang dilakukan, dan apa yang akan dilakukan oleh seseorang dalam kaitannya dengan usaha dan amal ibadah kepada Allah swt.
Dengan muhasabah itu, seseorang dapat mengoreksi diri tentang kebajikan apa yang telah dilakukan dan tentang kesalahan apa yang telah dilakukannya selama ini, dan untuk masa yang akan datang dia harus berusaha meninggalkan kesalahan itu dan berupaya mempertahankan dan meningkatkan kebajikan yang sudah pernah dilakukan selama ini.
Dengan muhasabah itu pula, seseorang berusaha mengingat dirinya dengan meninjau kembali segala yang telah dialaminya selama ini, mengingat kembali nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya, dan mengingat kembali apa yang seharusnya dilakukan pada masa dahulu, pada masa kini, dan pada masa yang akan datang dalam rangka mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah swt.
Setiap muslim harus berupaya untuk melakukan muhasabah ini dalam kehidupannya di dunia ini agar ia dapat mengetahui, dapat menyadari, dapat memahami, dan dapat mengoreksi diri dalam rangka meningkatkan amal ibadah dan pendekatan diri kepada Allah swt.
Jakarta-Matraman, Rabu pagi, 23 September 2020.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12