SANTAPAN ROHANI MALAM
RABU, 16 SEPTEMBER 2020
KALIMAT HIKMAH IBN ATHA’ILLAH
Dalam kalimat hikmahnya Ibn Atha’illah al-Iskandary menyatakan:
172- رُبَّمَا دَلَّهُمْ الأَدَبُ عَلَى تَرْكِ الطَّلَبِ اعْتِمَادًا عَلَى قِسْمَتِهِ وَاشْتغِالاً بِذِكْرِهِ عَنْ مَسْأَلتَهِ.
“Terkadang adab membuat orang-orang Arif tidak meminta karena mereka telah bersandar kepada pembagian-Nya dan sibuk dengan mengingat-Nya sehingga lupa meminta kepada-Nya.”
Para pencinta kalimat hikmah Ibn Atha’illah…
Kadang-kala orang-orang arif (orang-orang yang sangat dekat dengan Allah) didominasi oleh sikap kepasrahan yang luar biasa dan tawakkal yang sangat besar sehingga mereka enggan meminta kepada Allah melalui doa-doa mereka karena mereka merasa cukup dengan bagian yang telah disiapkan oleh Allah di masa azali. Etika dan keyakinan mereka itulah yang menyebabkan mereka tidak mau meminta kepada Allah. Mereka meyakini bahwa apa yang telah ditentukan oleh Allah di masa azali sudah cukup bagi mereka. Meminta dan tidak meminta pun bagi mereka adalah sama karena Allah sudah menetapkan bahagian-bahagian bagi mereka. Dari sinilah Ibn Atha’illah berkata: “Terkadang adab membuat orang-orang Arif tidak meminta karena mereka telah bersandar kepada pembagian-Nya.”
Orang-orang yang arif itu adalah orang-orang sangat sibuk dengan beribadah, dan berzikir. Saking sibuknya mereka dengan ibadah-ibadah yang mereka lakukan dan zikir yang mereka persembahkan, sampai-sampai mereka merasa tidak mempunyai waktu lagi untuk meminta kepada Allah. Dengan kesibukan-kesibukan mereka beribadah dan berzikir itu juga menyebabkan mereka lupa meminta kepada Allah Swt. Dari sinilah Ibn Atha’illah berkata: “Mereka sibuk dengan mengingat-Nya sehingga lupa meminta kepada-Nya.”
Syekh Abdullah al-Syarqawi ketika menjelaskan kalimat hikmah Ibn Atha’illah itu bekata: “Orang-orang berbeda pendapat, manakah yang paling utama: berdoa kepada Allah ataukah hanya diam dan rela dengan pembagian-Nya?”
Di antara mereka ada yang berpendapat: “Doa lebih utama karena di dalam doa terkandung ibadah.” Pendapat mereka didasarkan pada suatu hadis Rasulullah yang menyatakan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الدُّعَاءُ مُخُّ العِبَادَةِ». رواه الترمذي
Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah Saw. berkata: “Doa adalah otak ibadah.” HR Tirmidzi.
Dari hadis ini mereka berpandangan bahwa melaksanakan sesuatu yang mengandung makna ibadah lebih baik dan lebih utama daripada tidak melakukannya.
Ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa diam, pasrah dan tawakkal terhadap hukum dan ketetapan Allah lebih utama dan lebih sempurna. Mereka berpandangan bahwa hal yang sudah dipilihkan Allah untukmu lebih baik dan lebih utama daripada pilihanmu sendiri. Sikap mereka didasarkan pada sebuah hadis Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis qudsi yang menyatakan: “Siapa yang zikirnya kepada-Ku membuatnya sibuk sehingga tidak meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepada orang yang meminta.”
Selanjutnya Syekh Abdullah al-Syarqawi mengatakan: Sebahgain orang berkata, “Waktu itu bermacam-macam. Jika seseorang merasakan dorongan untuk berdoa di hatinya, seperti kelapangan dan kekhusyukan, doa baginya lebih utama. Sebaliknya, jika ia merasakan di hatinya dorongan untuk diam, seperti tidak khusyuk atau gelisah, diam baginya lebih baik. Apabila ia tidak mendapat dorongan apa pun di hatinya, berdoa ataupun tidak berdoa sama saja baginya. Namun, jika yang mendominasi kala itu adalah makrifat, diam lebih baik.”
Jakarta-Matraman Dalam, Rabu malam, 16 September 2020.
sumber: facebook.com/ahmad.thibraya.12