Jakarta, suarasi.com – Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Maka, umat muslim harus terus terorganisir agar dapat bersaing dalam dunia global.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshidiqie, saat menjadi pembicara dalam Sekolah Politik Kebangsaan HOS Tjokroaminoto di Rumah Kebangsaan HOS Tjokroaminoto, Jalan Taman Amir Hamzah Nomor 2, Pengangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).
“Dengan jumlah penduduk muslim di seluruh dunia sekitar 23 persen, minimal setidaknya umat Islam mampu menguasai perekonomian sekitar 23 persen juga. Namun, kenyataannya hanya 3 persen umat muslim didunia yang turun dalam perekonomian secara riil,” tambah Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) daerah pemilihan DKI Jakarta ini.
Menurut Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2003-2008, akibat dari ketidakmampuan menghadapi ketidakadilan global tersebut, muncul gerakan perlawanan dengan kekerasan yang akhirnya menjadi cikal bakal yang kemudian disebut dengan teroris. Hal ini pula lah yang memunculkan islamophobia di eropa.
“Terlepas dari itu semua, isu islamophobia membuat makin banyak orang eropa yang masuk Islam, karena mereka ingin tahu Islam itu seperti apa. Inilah hikmahnya,” tambah salah seorang Dewan Penasehat Tjokoraminoto Institute tersebut.
Menurut Jimly, fenomena Islamophobia membuat Islam semakin tersudutkan dan semakin bisa untuk dipecah belah yang membuat Islam itu sendiri semakin tertinggal dari kelompok agama yang lain, terutama dalam hal penguasaan sumber daya alam.
“Kedepan, untuk membuat islam kembali maju, ada tiga prasyarat. Pertama, jangan suka bertengkar, kedua, bersinergi, dan ketiga, harus terorganisir,” tegas Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia ini.
Sebelum adanya prasyarat tersebut, lanjut mantan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu ini, umat muslim harus akrab dengan Ayatullah dan Sunatullah. Ayatullah akan membuat karakter islami yang kuat dalam iman dan taqwa (imtaq), sedangkan Sunatullah akan membentuk karakter islami yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Setidaknya, ujar Jimly, dengan kemampuan imtaq dan iptek, umat Islam pun harus pula terorganisir dengan baik. Harus ada manajemen yang baik dalam upaya mengembangkan keilmuan, misalnya melalui dakwah yang mestinya disesuaikan dengan zaman sekarang, yakni bagaimana mendakwahkan antara politik dan ekonomi, dakwah tentang manajemen kehidupan lalu perjuangan keumatan dan kebangsaan.
“Umat muslim yang baik harus menjadikan dirinya seorang pemimpin sekaligus guru bagi semua orang. Guru yang baik itu pemimpin, pemimpin yang baik itu guru,” kata Jimly dihadapan puluhan peserta yang kelak akan menjadi calon pemimpin untuk umat dan bangsa ini.
sumber: suarasi.com