Dikenal hobi ngobrol, kemampuan intelektual Haji Agus Salim dikagumi banyak petinggi Belanda dan Inggris. Hanya seorang perempuan yang pernah mengalahkannya.
BACA JUGA: Rokok Kretek Agus Salim
Diceritakan Mohamad Roem dalam Bunga Rampai dari Sejarah, jurnalis kawakan Mochtar Lubis pernah merasakan sendiri pengalaman bercakap dengan Agus Salim. Selama berjam-jam Mochtar duduk mendengarkan The Grand Old Man (Sesepuh Agung) ini berbicara banyak hal.
“Sesudah dua jam saya bercakap-cakap dengan Pak Haji, saya minta undur diri, meskipun saya masih asyik mendengarkannya. Saya kira tidak sopan lagi kalau saya masih duduk terus,” katanya.
Tapi saat akan berdiri, Agus Salim ikut berdiri dan menekan pundak Mochtar, “Jangan buru-buru pulang,” kata Mochtar menirukan ucapan Agus Salim. “Baru sesudah becakap-cakap dua jam lagi, saya benar-benar pulang.”
Pada Perundingan Linggarjati tahun 1946, keampuhan komunikasi Agus Salim kembali diuji. Ia harus berhadapan dengan orang-orang Inggris, yang telah berabad-abad dikenal matang dalam urusan diplomasi. Saat itu Inggris mengirim seorang diplomat ulung Lord Killearn, yang ada di daftar teratas diplomat andalan pemerintah, untuk membantu mendamaikan permasalahan Belanda dan Indonesia. Selain menjadi penengah, kedatangan perwakilan Inggris itu juga dilakukan dalam upaya penarikan pasukannya dari Indonesia secara baik-baik demi menjaga muka pemerintah Inggris di dunia internasional.
Selama perundingan, Killearn terkesan dengan cara berdiplomasi Agus Salim. Ia disebut handal dalam urusan melobi. “Mereka menemukan seorang seperti Haji Salim, yang mahir dalam beberapa bahasa Eropa Barat, dan bercakap-cakap dengan diplomat-diplomat tingkatan atas mereka, seolah-olah diplomasi bagi bangsa Indonesia suatu pekerjaan yang juga sudah dijalankan berabad-abad,” ucapnya.
Apakah dua contoh di atas bisa membuktikan Haji Agus Salim senang bercakap-cakap? Mohamad Roem menjawab: “Ya, itulah salah satu spesialisasinya. Ia betah sekali becakap-cakap dan menikmati juga, dan dengan siapa saja, wanita atau pria, atau berapa saja jumlah orangnya.”
Seorang diplomat yang senang bekomunikasi seperti Mohamad Roem saja terkadang heran dengan cara Agus Salim menarik orang untuk berbincang dengannya. Menurut dia seseorang biasanya akan membedakan materi pembicaraan tergantung siapa lawan bicaranya, tetapi tidak dengan Agus Salim. Siapapun lawan bicaranya, baik seorang terpelajar atau berpengetahuan sederhana, semua sama dalam pandangannya. Malah menurut Agus Salim bicara dengan orang yang sederhana pengetahuannya terasa lebih mudah.
“Kalau Haji Salim bicara dengan wanita kulit putih yang ayu-ayu, ia tidak lupa menyertakan sepatah dua patah kata tentang kecantikannya, karena hal itu sesuatu yang disukai dan dihargai di kalangan itu,” ucap Roem.
Namun ternyata Agus Salim juga pernah kalah dalam urusan bercakap-cakap. Pada suatu hari Mohamad Roem datang mengunjungi rumah Agus Salim. Setiba di sana ia menemukan semua orang, termasuk sang ouwer heer, sedang tertawa. Ketika Roem bertanya tentang apa yang menciptakan suasana gembira luar biasa itu. Dijawab salah seorang kerabat Agus Salim: “Paatje heft zijn meester gevonden.” (ada orang yang mengalahkan Paatje)
Rupanya Wakil Ketua Womens International Club baru saja datang bertemu dengan Agus Salim. Perempuan itu diketahui bernama Mrs. De Hartog. Apa yang mereka perbincangkan? Sangat banyak. Tapi si meesteres lebih senang bercakap-cakap sepertinya.
“Dalam percakapan selama kurang lebih satu setengah jam itu suara Haji Agus Salim hampir-hampir tidak terdengar,” kata Roem.
sumber: historia.id