MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Ketua Umum Syarikat Islam, Hamdan Zoelva mengatakan, kebangkitan umat Islam di Timur Tengah menjadi pendorong semangat nasionalisme masyarakat Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Sebab, pada awal kebangkitan Islam saat itu sama dengan kondisi bumi putra yang memiliki semangat juang untuk merdeka.
Apalagi menyoal tentang kemajuan peradaban Islam di Timur Tengah pada abad 20 saat itu. Kondisinya sama dengan geliat pergerakan Islam pada zaman kolonial Belanda yang dipelopori oleh organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia seperti Syarikat Islam.
“Bagaimana kita berperan ke depan untuk berpartisipasi menumbuhkan peradaban Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh peradaban Islam. Ini jadi tanggung jawab kita,” tutur Hamdan pada Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (2/9).
Namun, kata Hamdan, kondisi peradaban Islam di Timur Tengah kian lama kian terkikis. Seperti halnya di Syiria, Libya, Afrika dan negara Timur lainnya. “Gimana peradaban Islam akan tumbuh?” tanya dia kepada warga Muhammadiyah pada pengajian malam itu.
Pertanyaan tersebut ia jawab dengan adanya negara-negara di Asia Tenggara. Termasuk, Indonesia dan Malaysia yang mayoritas penduduknya memeluk Islam dan memiliki potensi sebagai tempat peradaban Islam. “Harapan ini adalah harapan yang sangat masuk akal,” ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Karena, menurut Hamdan, masyarakat Indonesia memiliki toleransi dan semangat ukhuwah Islamiyah yang luar biasa dengan adanya kebebasan beragama dan berpendapat. Apalagi, hal ini dijamin oleh konstitusi. Sehingga, lanjut dia, peradaban Islam di Indonesia akan mampu tumbuh dengan baik.
Selain ukhuwah Islamiyah, kata Hamdan, diperlukan juga kekuatan ekonomi untuk memajukan peradaban. Bahkan Islam dapat tumbuh dan berkembang pun berawal dari kekuatan ekonominya salah satunya adalah kekuatan dagang.
“Islam yang tumbuh dan berkembang dari kekuatan dagang,” kata Hamdan yang menginginkan Syarikat Islam memiliki semangat dagangnya lagi seperti nama awalnya dulu yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI).
Reporter: Ilma Aghniatunnisa
Redaktur: Ridlo Abdillah
sumber: muhammadiyah.or.id
